14 December 2011
Mulai hari adalah saat dimana gue harus bisa lupain dia. Ya HARUS HARUS gue LUPAIN DIA. Karna dia ga baik buat diri dan hidup gue, dia bener2 udah nyakitin gue lahir dan batin (-_-)", astagfirullah....maafin aku ya Allah udah banyak dosa selama bersamanya. Amin....
Sekarang dia udah bahagia bersama orang yang dia cintai sekarang, jadi gue harus relain dia bahagia bersama perempuan itu. Keep your smile Aning ^_^. Aku yakin Allah uadah kasih jodoh yang lebih baik dari dirinya. Yap yap, Harus yakin ^_^.
Hemp... Ga mau terulang lagi kejadian tadi malem, cukup buat gue nangis karna cinta yang blom pasti, yap gue pasti bisa nahan emosi gue yang berlebihan ini^_^. Kejadian tadi malem bner2 buat gue sadar dia ga baik untuk diri dan hidup gue, terimakasih ya Allah atas kesadaran akan keterpurukkan cinta yang tak pasti ini(Alhamdulillah^_^) dan terimakasih juga buat mama ku sayang, udah sadarin aku dari cinta BODOH ini. Gue bakal selalu ingat kata2 mama tadi malem. Mama said: "Ngapain sih kamu nangis cuma gara2 cowo, udah putus aja ditangisin. Orang nikah aja bisa cerai apalagi yang baru pacaran??? udah ga usah ditangisin lagi, mending kamu belajar yang bener biar dapet nilai bagus dan dapet yang kamu inginin. Mending yang kamu tangisin cakep lagian dia juga udah buat kamu sakit mulu, mama aja heran kenapa kamu balik2 lagi sama dia, udah tau dia ga baik malah balikan mulu. Udah kamu ga usah balikan lagi sama dia, kaya ga ada yang lain aja. Allah udah nyiapin kita jodoh dari lahir, jadi ga usah takut cuma gara2 masalah itu. Dan udah ga usah hubungin dia lagi, klo dia kontek diemin atau cuekkin aja."
Sumpah demi Allah pas gue di nasehatin mama kaya gitu, alhamdulillah tenang hati aku tanpa bayang2 dia lagi^_^. So, jangan dibahas lagi masalalu. Ambil positifnya aja, yang negatifnya buang jauh2 biar rasa sakit kita ilang. Jangan bersedih lagi ya kawan klo kita blom direstuin Allah untuk bersama orang yang dulu kita cinta, enjoy aja ga uash dibawa ribet, insAlllah Allah kasih kejutan ke kita yang lebih. Amin....^_^Keep your smile kawan^_^.
Selasa, 13 Desember 2011
Sabtu, 03 Desember 2011
Bagaimana caramu mencintainya?
Oleh : Meylina Hidayanti
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, yang dimuat dalam sebuah situs berita, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun, dan di dunia internasional, jumlah perokok di Indonesia menempati peringakat lima di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.(sumber: news.okezone.com).
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitas 1,5 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 orang menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60 persennya terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena menggunakan napza (narkotika, psikotropika dan zat aditif) lainnya. (sumber: http://dunia-narkoba.blogspot.com/)
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas. Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Selain itu survei yang dilakukan BKKBN pada akhir 2008 menyatakan, 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah. Dan, para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Sumber lain juga menyebutkan tidak kurang dari 900 ribu remaja yang pernah aborsi akibat seks bebas (Jawa Pos, 28-5-2001). Dan di Jawa Timur, remaja yang melakukan aborsi tercatat 60% dari total kasus (Jawa Pos, 9-4-2005).(sumber: http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/)
Astaghfirullah…
sebuah fakta yang sangat ironis, yang mana Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di seluruh dunia.
Cintai dirimu sendiri...
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik r.a, pelayan Rasulullah saw, bahwa Rasulullah saw bersabda “Seorang diantara kalian tidak dikatakan beriman sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hakikat mencintai disini berarti mencintai segala kebaikan untuk saudara muslim sebagaimana mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri dan membenci segala keburukan untuk saudara muslim sebagaimana membencinya untuk dirinya sendiri.
Ketika kita sendiri belum mampu memilah dan memilih mana yang baik dan yang buruk bagi diri sendiri, berarti kita belum mampu mencintai diri kita sendiri. Manusia bukanlah makhluk individu, melainkan juga makhluk social, yang mana segala apa yang ada dalam dirinya berpotensi membawa pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Ketika pemaknaan mencintai diri sendiri adalah dengan memuaskan segala keinginan diri, dengan melakukan berbagai penyimpangan social, kemadharatan, bahkan tindakan merusak/merugikan diri sendiri, maka dengan demikian, begitu pulalah cara kita mencintai saudara kita, yaitu dengan “merusaknya”. Mencintai bukanlah merusak, Mencintai adalah sebuah ungkapan penjagaan dan kepedulian, penjagaan dan kepedulian terhadap keberlangsungan nilai kebaikan.
Mulailah belajar mencintai dirimu sendiri dan mengenali segala nilai kebaikan bagi dirimu sendiri.
Jika kau tidak mampu mengenali segala nilai kebaikan bagi dirimu sendiri, lantas bagaimana kau mampu mengenali segala nilai kebaikan bagi saudaramu?
Jika kau tidak mampu mencintai dirimu sendiri, lantas bagaimana caramu mencintai saudaramu?
"Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi" (QS.Al-A'raf : 23)
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, yang dimuat dalam sebuah situs berita, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun, dan di dunia internasional, jumlah perokok di Indonesia menempati peringakat lima di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.(sumber: news.okezone.com).
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitas 1,5 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 orang menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60 persennya terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena menggunakan napza (narkotika, psikotropika dan zat aditif) lainnya. (sumber: http://dunia-narkoba.blogspot.com/)
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas. Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Selain itu survei yang dilakukan BKKBN pada akhir 2008 menyatakan, 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah. Dan, para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Sumber lain juga menyebutkan tidak kurang dari 900 ribu remaja yang pernah aborsi akibat seks bebas (Jawa Pos, 28-5-2001). Dan di Jawa Timur, remaja yang melakukan aborsi tercatat 60% dari total kasus (Jawa Pos, 9-4-2005).(sumber: http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/)
Astaghfirullah…
sebuah fakta yang sangat ironis, yang mana Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di seluruh dunia.
Cintai dirimu sendiri...
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik r.a, pelayan Rasulullah saw, bahwa Rasulullah saw bersabda “Seorang diantara kalian tidak dikatakan beriman sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hakikat mencintai disini berarti mencintai segala kebaikan untuk saudara muslim sebagaimana mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri dan membenci segala keburukan untuk saudara muslim sebagaimana membencinya untuk dirinya sendiri.
Ketika kita sendiri belum mampu memilah dan memilih mana yang baik dan yang buruk bagi diri sendiri, berarti kita belum mampu mencintai diri kita sendiri. Manusia bukanlah makhluk individu, melainkan juga makhluk social, yang mana segala apa yang ada dalam dirinya berpotensi membawa pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Ketika pemaknaan mencintai diri sendiri adalah dengan memuaskan segala keinginan diri, dengan melakukan berbagai penyimpangan social, kemadharatan, bahkan tindakan merusak/merugikan diri sendiri, maka dengan demikian, begitu pulalah cara kita mencintai saudara kita, yaitu dengan “merusaknya”. Mencintai bukanlah merusak, Mencintai adalah sebuah ungkapan penjagaan dan kepedulian, penjagaan dan kepedulian terhadap keberlangsungan nilai kebaikan.
Mulailah belajar mencintai dirimu sendiri dan mengenali segala nilai kebaikan bagi dirimu sendiri.
Jika kau tidak mampu mengenali segala nilai kebaikan bagi dirimu sendiri, lantas bagaimana kau mampu mengenali segala nilai kebaikan bagi saudaramu?
Jika kau tidak mampu mencintai dirimu sendiri, lantas bagaimana caramu mencintai saudaramu?
"Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi" (QS.Al-A'raf : 23)
Menjadi Manusia Terbaik
“Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” _
sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain guna memenuhi kebutuhan dlam hidupnya.Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling memberi manfaat.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan.
PERTAMA, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
KEDUA, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya.Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
KETIGA, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
KEEMPAT, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt.
Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita.
Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala. Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita.
Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa menginspirasi.
Oleh: Mochamad Bugi Sedikit di edit oleh Meylina. H
sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain guna memenuhi kebutuhan dlam hidupnya.Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling memberi manfaat.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan.
PERTAMA, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
KEDUA, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya.Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
KETIGA, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
KEEMPAT, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt.
Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita.
Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala. Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita.
Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa menginspirasi.
Oleh: Mochamad Bugi Sedikit di edit oleh Meylina. H
Lagu Ungu - Doa Yang Terlupakan
Akhirnya ku hanya memiliki-Mu
Dalam hidupku kini
Dan akhirnya hanyalah tentang diri-Mu
Yang meyakini setiap langkahku
Reff:
Setelah aku menafikkan diri-Mu
Setelah aku meninggalkan-Mu
Ya Tuhan ku ampuni segala dosaku
Tunjukkan ku jalan kembali untuk-Mu
Ya Tuhan ku rahmati segala langkahku
Agar ku temukan indahnya cinta-Mu
Ku sadari hanyalah pada diri-Mu
Ku 'kan temukan cinta sejatiku
Ku sadari hanyalah tentang diri-Mu
Yang mendamaikan seluruh jiwaku
Dalam hidupku kini
Dan akhirnya hanyalah tentang diri-Mu
Yang meyakini setiap langkahku
Reff:
Setelah aku menafikkan diri-Mu
Setelah aku meninggalkan-Mu
Ya Tuhan ku ampuni segala dosaku
Tunjukkan ku jalan kembali untuk-Mu
Ya Tuhan ku rahmati segala langkahku
Agar ku temukan indahnya cinta-Mu
Ku sadari hanyalah pada diri-Mu
Ku 'kan temukan cinta sejatiku
Ku sadari hanyalah tentang diri-Mu
Yang mendamaikan seluruh jiwaku
Kamis, 01 Desember 2011
Soal Soal Psikotes Matematika dan Jawabannya ^_^*
1. Jumlah umur ayah dan umur ibu 90 tahun.
dengan harga Rp. 150.000,00. Ia menjual sawo itu Rp.
180,00 per buah. Berapa % untungnya ?
bunga 15 % setahun. Apabila uang tabungan semula
Rp. 90.000,00, maka setelah 1 tahun menabung dan
mendapat bunga, uang tabungannya menjadi …
A. Rp. 77.500,00
B. Rp. 99.500,00
C. Rp. 102.500,00
D. Rp. 103.500,00
5. Seseorang menabung di sebuah bank sebanyak Rp.
350.000,00. Setelah 1 tahun menabung dan mendapat
bunga, jumlah uang tabungannya menjadi Rp.
406.000,00. Bunga yang diterima dalam 1 tahun adalah
… %
A. 8
B. 14
C. 16
D. 18
6. Ayah membeli gamping (kapur) 1,5 ton, 7,5 kuintal
dan 150 kg. Jumlah gamping yang dibeli ayah = … kg
A. 9.150
B. 2.400
C. 2.300
D. 2.265
7. Sebuah segi tiga siku-siku, sisi siku-sikunya 15 cm dan
20 cm. Sisi miring segi tiga siku-siku adalah … cm
A. 5
B. 25
C. 35
D. 300
8. Berapakah jumlah 47 orang dan 11 orang ?
a. 48 orang
b. 57 orang
c. 58 orang
d. 68 orang
Jawaban :
1. 48
2. 20%
3. 10.25
4. 103.500
5. 16%
6. 2400
7. 25
8. 58
Umur ayah : umur ibu = 8 : 7.
Berapa tahun umur ayah ?
2. Seorang pedagang buah membeli 1.000 buah sawoBerapa tahun umur ayah ?
dengan harga Rp. 150.000,00. Ia menjual sawo itu Rp.
180,00 per buah. Berapa % untungnya ?
3. Adi bersepeda dengan kecepatan 15 km/jam. Jarak
yang ia tempuh 37,5 km. Jika ia berangkat pukul 7.55,
pukul berapa tiba di tempat yang dituju ?
4. Amir menabung di koperasi sekolah dengan mendapatyang ia tempuh 37,5 km. Jika ia berangkat pukul 7.55,
pukul berapa tiba di tempat yang dituju ?
bunga 15 % setahun. Apabila uang tabungan semula
Rp. 90.000,00, maka setelah 1 tahun menabung dan
mendapat bunga, uang tabungannya menjadi …
A. Rp. 77.500,00
B. Rp. 99.500,00
C. Rp. 102.500,00
D. Rp. 103.500,00
5. Seseorang menabung di sebuah bank sebanyak Rp.
350.000,00. Setelah 1 tahun menabung dan mendapat
bunga, jumlah uang tabungannya menjadi Rp.
406.000,00. Bunga yang diterima dalam 1 tahun adalah
… %
A. 8
B. 14
C. 16
D. 18
6. Ayah membeli gamping (kapur) 1,5 ton, 7,5 kuintal
dan 150 kg. Jumlah gamping yang dibeli ayah = … kg
A. 9.150
B. 2.400
C. 2.300
D. 2.265
7. Sebuah segi tiga siku-siku, sisi siku-sikunya 15 cm dan
20 cm. Sisi miring segi tiga siku-siku adalah … cm
A. 5
B. 25
C. 35
D. 300
8. Berapakah jumlah 47 orang dan 11 orang ?
a. 48 orang
b. 57 orang
c. 58 orang
d. 68 orang
Jawaban :
1. 48
2. 20%
3. 10.25
4. 103.500
5. 16%
6. 2400
7. 25
8. 58
Langganan:
Postingan (Atom)